Tidak pernah menduga kalau perjalanan kali ini ke Ambon benar-benar membuat saya jatuh hati dengan Maluku, kali ini saya cukup nekad berpergian berdua saja dengan teman wanita menghabiskan waktu di Ora Beach.
Belum banyak yang mengenal Ora Beach yang terletak di Pulau Seram Utara. Perjalanan yang cukup panjang harus ditempuh untuk mencapainya.
Terbang dari Jakarta menuju Ambon dan transit di Makasar menyita waktu sekitar 6 jam. Sampai di Bandara Sultan Hassanudin segera menuju pelabuhan Tulehu sekitar 40 menit untuk mengejar kapal cepat menuju pelabuhan Amahai di pulau Seram sekitar 2 jam tergantung cuaca dan ombak. Huufft, perjalanan masih harus dilanjutkan dengan jalan darat 2~3 jam tergantung kondisi jalan, karena ketika hujan sering terjadi longsor dan pohon tumbang karena kita harus melewati hutan namun jangan takut penduduk sekitar cukup tanggap untuk membantu ketika ada longsor. Kondisi jalan 80% aspal mulus sisanya kurang bagus kondisinya kadang jalanan licin karena hujan dan berlubang bisa menghambat perjalanan. Perjalanan darat ini berakhir di desa Saleman, desa terakhir sebelum kita menyebrang dengan kapal kayu kecil selama 5 menit ke Ora Beach.
Sampai di Ora Beach akan disambut oleh para karyawan dan pastikan sebelumnya sudah memesan kamar dan mendapat konfirmasi karena cuma ada 5 kamar laut dan 2 kamar darat. Kami memilih kamar laut dibandingkan kamar darat karena kami ingin menikmati laut dari jendela kamar kami. Arus dan ombak di Ora cukup tenang karena Ora Beach ini terletak diteluk dan berada di tepi tebing-tebing tinggi yang jarang saya temui. Kabut mulai turun disela-sela bukit dan tebing saat jelang magrib sampai esok paginya, dan suhu udara cukup dingin di malam hari. Bagi saya hal ini cukup istimewa karena jarang saya menemui pantai yang dingin dan berkabut.
Aktivitas yang paling menyenagkan adalah ketika saya bisa langsung turun ke laut dari kamar untuk berenang atau snorkling di sekitar penginapan. Karang laut yang masih sehat dan terhampar dan pastinya bintang laut banyak bermain dibawah kamar kami. Bahkan kami menemukan lobster sedang bersembunyi diantara karang dan schooling fish mengelilingi kaki kami ketika kami berada di air. Berkunjunglah juga ke Air Belanda, lokasinya cukup dekat dengan penginapan. Dinamakan Air Belanda karena dulu Belanda menemukan sumber mata air di tepi pantai dan airnya tidak payau dan dingin seperti air dari mata air pegunungan.
Kami juga sempat berkunjung ke Desa Sawai, desa nelayan yang dekat dengan penginapan kami. Dan biasanya wisatawan yang ingin mencari penginapan dengan budget yang lebih murah bisa menginap di desa ini karena cukup banyak penginapan di atas laut yang dimiliki desa Sawai.
Sepertinya saya sudah rindu dengan Ora Beach, semoga bisa ke tempat ini lagi…
Bersantai di Ora Beach…
Naik kapal ini menuju Air Belanda dan Desa Sawai, perhatikan tebing dan karangnya…
Ini lho Air Belanda, airnya dingin dan tidak payau…
Yeaay Lobster…
Kabut mulai turun disela bukit …
Penginapan Desa Sawai
Bawah laut
Bermain di dekat dermaga
Yeay ikan-ikan ini mengelilingi kaki kami..
Damainya menunggu mentari terbenam..